Cara Mengetahui Lilitan Primer dan Sekunder Trafo
Alhamdulilah, next posting kali ini adalah bagaimana cara mengetahui lilitan primer dan sekunder trafo. Khususnya trafo kosongan yang tidak ada tulisannya sama sekali pada bodi trafonya. Pastinya jika Anda mempunyai atau menemukan trafo yang kosongan seperti itu akan kesulitan menentukan mana lilitan primer dan sekundernya. Artikel ringan kali ini semoga bisa menjadi solusi untuk menemukan lilitan primer dan sekunder trafo. Bagaimana caranya? Simak lebih lanjut.
Sebenarnya permasalahan ini banyak ditanyakan rekan-rekan lewat komet blog, tapi baru bisa saya buatkan artikelnya. Pertanyaannya sama misal, mas trafo ini lilitan primer sekundernya yang mana ya? Kalau saya jelaskan hanya lewat tulisan, maka akan kesulitan untuk memahaminya. Akhirnya coba saya buatkan tutorialnya lewat video youtube, di channel bahar electronic. Nanti Anda bisa melihatnya dibawah. Bagaimana cara dan langkah-langkahnya menemukan lilitan primer dan sekundernya.
Perlu diketahui bersama bahwa sebuah trafo itu pasti mempunyai 2 macam lilitan, yaitu lilitan primer dan sekunder. Lilitan primer adalah lilitan yang akan kita masukkan tegangan atau sebagai lilitan tegangan input. Dan lilitan sekunder adalah lilitan sebagai output tegangan. Sebenarnya sebuah trafo itu bisa dibolak-fungsinya yaitu lilitan primer bisa dijadikan sekunder dan sekunder bisa dijadikan primer (step up). Tapi kita gak perlu melangkah kesana, cukup kita ketahui saja lilitan primer dan sekunder dalam kondisi trafo step down atau trafo biasa pada umumnya.
Trafo biasa pada umumnya itu mempunyai jumlah gulungan lilitan primer lebih banyak dibandingkan dengan jumlah gulungan sekunder. Besar diameter kawat emailnya juga lebih kecil pada lilitan primer dibanding sekundernya. Maka otomatis harusnya nilai resistansi pada gulungan lilitan primer akan lebih besar dibanding gulungan lilitan sekunder. Karena perbedaan jumlah gulugan dan besar diameter kawat emailnya tersebut. Untuk mengetahui perbedaan lilitan primer dan sekunder, maka akan kita ukur nilai resistansinya pakai avometer.
Untuk memulai mengukur lilitan, bisa kita mulai dari lilitan sembarang dulu. Yang penting ingat dan catat nilai resistansinya agar tidak lupa. Perlu diketahui bahwa cara ini tidak bisa untuk menentukan input atau output voltase pada trafo. Hanya bisa untuk mengukur nilai resistansi lilitan primer dan sekunder. Alat yang dibutuhkan cuma sebuah avometer untuk mengukur nilai resistansi kedua lilitan tersebut.
Pertama setting dulu skala avometer pada X1. Kalibrasi dulu agar jarum tepat di angka nol pada posisi kedua probe disatukan. Usahakan pakai avometer analog atau pakak jarum, agar lebih mudah mengetahui nilainya. Meskipun memang pakai avometer digital hasilnya akan keluar angka, tapi kadang pada resistansi lilitan paling rendah atau kecil, kadang kesulitan untuk melihat perbedaan nilai resistansinya. Karena hasilnya adalah dibawah nol. Jadi terkadang terbaca sama, jika kita gunakan untuk mengukur lilitan sekunder ct atau nol. Jika sudah disetting di X1, maka colokan probe avometer boleh bolak-balik, pada pin trafo. Catat nilai resistansinya dan ingat lilitan yang berada dalam satu gulungan. Karena lilitan sekunder kadang tidak hanya satu, kadang ada dua atau tiga lilitan sekunder yang terpisah he..he.. Catat nilai resistansinya setiap gulungan. Maka nanti akan ketahuan, mana gulungan lilitan primer dan sekundernya.
Lilitan primer= mempunyai nilai resistansi besar. Berkisar antara 70-80 ohm pada trafo 3A dan 5A. Dan diatas 80 ohm untuk lilitan primer trafo dibawah 3A. Misal pada trafo 2A, 1A, 500mA dan 350mA. Semakin kecil trafo, maka nilai resistansi lilitan primernya akan semakin besar. Tapi yang jelas beda jauh dengan nilai resistansi lilitan sekunder. Inilah yang akan kita jadikan patokan lilitan primer dan sekunder.
Lilitan sekunder= mempunyai nilai resistansi kecil. Berkisar antara 2 ohm-1 ohm kebawah. Kadang juga dibawah 1 ohm resistansi sekundernya. Semakin besar trafo, maka diameter kawat sekunder juga akan semakin besar. Otomatis nilai resistansinya semakin kecil.
Dari keterangan singkat diatas, Anda sudah bisa menemukan mana saja lilitan primer dan sekunder trafo.
Lilitan primer= resistansi besar
Lilitan sekunder= resistansi kecil
Setelah ketemu mana lilitan primer dan sekunder trafo, dengan melihat nilai resistansinya. Sekarang bagaimana cara mengetahui lilitan sekunder trafo CT dan trafo nol? Untuk mengetahuinya juga harus kita ukur nilai resistansinya. Pada trafo CT resistansi lilitan kanan dan kiri sama dan biasanya ditandai dengan pin atau kabel jumlahnya tiga. Kalau trafo nol, maka nilai resistansi antar lilitan tidak sama dan cenderung semakin besar. Ditandai dengan pin atau kabel jumlahnya dua. Secara pastinya harus kita ukur dengan posisi trafo nyala. Kemudian kita ukur semua output sekundernya.
Gambar skema akan saya posting bertahap. Sementara untuk memperjelas maksud dari tulisan ini, maka sudah saya sediakan link video youtubenya dari channel bahar electronic dibawah ini. Semoga bermanfaat.
Sebenarnya permasalahan ini banyak ditanyakan rekan-rekan lewat komet blog, tapi baru bisa saya buatkan artikelnya. Pertanyaannya sama misal, mas trafo ini lilitan primer sekundernya yang mana ya? Kalau saya jelaskan hanya lewat tulisan, maka akan kesulitan untuk memahaminya. Akhirnya coba saya buatkan tutorialnya lewat video youtube, di channel bahar electronic. Nanti Anda bisa melihatnya dibawah. Bagaimana cara dan langkah-langkahnya menemukan lilitan primer dan sekundernya.
Perlu diketahui bersama bahwa sebuah trafo itu pasti mempunyai 2 macam lilitan, yaitu lilitan primer dan sekunder. Lilitan primer adalah lilitan yang akan kita masukkan tegangan atau sebagai lilitan tegangan input. Dan lilitan sekunder adalah lilitan sebagai output tegangan. Sebenarnya sebuah trafo itu bisa dibolak-fungsinya yaitu lilitan primer bisa dijadikan sekunder dan sekunder bisa dijadikan primer (step up). Tapi kita gak perlu melangkah kesana, cukup kita ketahui saja lilitan primer dan sekunder dalam kondisi trafo step down atau trafo biasa pada umumnya.
Trafo biasa pada umumnya itu mempunyai jumlah gulungan lilitan primer lebih banyak dibandingkan dengan jumlah gulungan sekunder. Besar diameter kawat emailnya juga lebih kecil pada lilitan primer dibanding sekundernya. Maka otomatis harusnya nilai resistansi pada gulungan lilitan primer akan lebih besar dibanding gulungan lilitan sekunder. Karena perbedaan jumlah gulugan dan besar diameter kawat emailnya tersebut. Untuk mengetahui perbedaan lilitan primer dan sekunder, maka akan kita ukur nilai resistansinya pakai avometer.
Untuk memulai mengukur lilitan, bisa kita mulai dari lilitan sembarang dulu. Yang penting ingat dan catat nilai resistansinya agar tidak lupa. Perlu diketahui bahwa cara ini tidak bisa untuk menentukan input atau output voltase pada trafo. Hanya bisa untuk mengukur nilai resistansi lilitan primer dan sekunder. Alat yang dibutuhkan cuma sebuah avometer untuk mengukur nilai resistansi kedua lilitan tersebut.
Pertama setting dulu skala avometer pada X1. Kalibrasi dulu agar jarum tepat di angka nol pada posisi kedua probe disatukan. Usahakan pakai avometer analog atau pakak jarum, agar lebih mudah mengetahui nilainya. Meskipun memang pakai avometer digital hasilnya akan keluar angka, tapi kadang pada resistansi lilitan paling rendah atau kecil, kadang kesulitan untuk melihat perbedaan nilai resistansinya. Karena hasilnya adalah dibawah nol. Jadi terkadang terbaca sama, jika kita gunakan untuk mengukur lilitan sekunder ct atau nol. Jika sudah disetting di X1, maka colokan probe avometer boleh bolak-balik, pada pin trafo. Catat nilai resistansinya dan ingat lilitan yang berada dalam satu gulungan. Karena lilitan sekunder kadang tidak hanya satu, kadang ada dua atau tiga lilitan sekunder yang terpisah he..he.. Catat nilai resistansinya setiap gulungan. Maka nanti akan ketahuan, mana gulungan lilitan primer dan sekundernya.
Lilitan primer= mempunyai nilai resistansi besar. Berkisar antara 70-80 ohm pada trafo 3A dan 5A. Dan diatas 80 ohm untuk lilitan primer trafo dibawah 3A. Misal pada trafo 2A, 1A, 500mA dan 350mA. Semakin kecil trafo, maka nilai resistansi lilitan primernya akan semakin besar. Tapi yang jelas beda jauh dengan nilai resistansi lilitan sekunder. Inilah yang akan kita jadikan patokan lilitan primer dan sekunder.
Lilitan sekunder= mempunyai nilai resistansi kecil. Berkisar antara 2 ohm-1 ohm kebawah. Kadang juga dibawah 1 ohm resistansi sekundernya. Semakin besar trafo, maka diameter kawat sekunder juga akan semakin besar. Otomatis nilai resistansinya semakin kecil.
Dari keterangan singkat diatas, Anda sudah bisa menemukan mana saja lilitan primer dan sekunder trafo.
Lilitan primer= resistansi besar
Lilitan sekunder= resistansi kecil
Setelah ketemu mana lilitan primer dan sekunder trafo, dengan melihat nilai resistansinya. Sekarang bagaimana cara mengetahui lilitan sekunder trafo CT dan trafo nol? Untuk mengetahuinya juga harus kita ukur nilai resistansinya. Pada trafo CT resistansi lilitan kanan dan kiri sama dan biasanya ditandai dengan pin atau kabel jumlahnya tiga. Kalau trafo nol, maka nilai resistansi antar lilitan tidak sama dan cenderung semakin besar. Ditandai dengan pin atau kabel jumlahnya dua. Secara pastinya harus kita ukur dengan posisi trafo nyala. Kemudian kita ukur semua output sekundernya.
Gambar skema akan saya posting bertahap. Sementara untuk memperjelas maksud dari tulisan ini, maka sudah saya sediakan link video youtubenya dari channel bahar electronic dibawah ini. Semoga bermanfaat.
Assalamualaikum mas bhar ....
ReplyDeleteMau tanya lagi nih...
Power yiroshi itu impedannya brpa ohm.sih mas
Waalaikumsalam.
DeleteKebanyakan power rakitan berimpedansi 8 ohm mas.
assalamualaikum pak. saya punya travo bekas psu spker polytron. cara cek nya gmana ya mas soalnya kakinya ada bnyak
ReplyDeleteWaalaikumsalam.
DeleteSaya belum bisa jawab, karena belum tahu trafonya. Silahkan Anda kirim gambar trafonya lewat email atau fb.
Kawat frimer lebih ukurannya daripada kawat skunder ya Mas Bahar
ReplyDeleteUkuran kawat primer lebih kecil daripada kawat sekunder.
DeleteMaksudsaya frimer lebih kecil dari skunder kawatnya Mas... Jikalau 0.6 frimer dan 0.8 skunder bisakah bikin trafo 10 amper
ReplyDeleteUntuk menentukan hal tersebut, sebenarnya ada rumusnya. Tapi jika dikira-kira dengan diameter diatas sudah bisa menghasilkan arus 10A.
DeleteSlamat sore mas Bahar.
ReplyDeleteNi mau nanya,saya punya trafo 5A.saya tes 0 dgn 110 nyambung
Trus 0 dgn 220 dan 240 v tidak nyambung.apakah itu artinya utus ya.Trus kalo kita bongkaritu kira2apakah juga putus
Demikian mas pertanyaan saya .Makasih.
Kemungkinan putus. Coba cek dulu di sambungan pin 220v dan 240v. Dengan cara membuka kertas trafo bagian belakang, sampai terlihat sambungan lilitannya. Siapa tahu putusnya di pin sambungan tersebut.
DeleteKalau dibongkar, bisa jadi putus lilitannya ditengah-tengah gulungan primer. Penyebab putus, bisa jadi karena korosif, sehingga lilitan tembaga putus didalam. Biasanya terjadi pada trafo yang sudah lama
Minimal jumlah lilitan primer berapa mas?
ReplyDeleteApakah semakin banyak jmlah lilitan primer apa semakin bagus mas?
Kalau jumlah lilitan primer trafo, saya belum tahu mas. Karena ada rumus untuk menghitungnya. Yang bagus adalah jumlah lilitan primer yang pas ditegangan yang dibutuhkan. Misal dibuat untuk tegangan PLN 220vac, maka jumlah lilitan primer yang bagus adalah pas di tegangan 220vac tersebut. Karena jika jumlah lilitan primer pas dengan tegangan yang dipakai, maka tegangan out lilitan sekundernya juga akan pas dan tidak kurang.
DeleteKalau jumlah lilitan primernya kebanyakan, maka daya trafo akan loyo atau kurang, karena supply tegangan ke lilitan primernya kurang. Akhirnya tegangan out lilitan sekundernya juga akan ikut kurang.
Jadi jumlah lilitan primer yang bagus adalah yang pas dengan tegangan yang dibutuhkan. Jika untuk tegangan PLN 220v, maka gulunglah dengan jumlah lilitan yang pas untuk tegangan 220v tersebut.